Pajak mempunyai beberapa sifat sbb :
1. Pajak merupakan Iuran masyarakat kepada pemerintah yang pembayarannya dapat dipaksakan. Karena
dapat dipaksakan ini sering petugas pajak berlaku sewenang-wenang dalam
menjalankan tugasnya. Hal ini juga dipicu oleh banyaknya wajib pajak
yang tidak memenuhui kewajibannyanya sebagaimana mestinya serta kekeliruan
dalam mencatat transaksi, khususnya yang berhubungan dengan pajak.
Pemungutan pajak berdasarkan undang-undang dan berpihak kepada
kepentingan pemerintah. Banyak pengusaha menilai undang-undang dan
pertauran perpajakan tidak kondusif.
2. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah
3. Wajib
pajak tidak mendapat imbalan jasa (kontraperstasi) secara langsung,
akan tetapi wajib pajak mendapat perlindungan dari negara dalam
mendapatkan pelayanan sesuai haknya sebagai warga negara.
4. Pajak mempunyai fungsi mengatur sektor sosial, ekonomi maupun budaya.
Berdasarkan cara pemungutannya (khususnya pajak pusat) dapat dibagi atas:
a. Pajak
langsung, Pajak Penghasilan, Pajak kekayaan yang dikenakan
berulang-ulang pada waktu tertentu sesuai undang-undang. Pajak
penghasilan dan pajak kekayaan ditanggung dan dibayar oleh wajib pajak
dan tidak dapat dipindahkan kepada pihak lain.
b. Pajak
tidak langsung, Pajak Penjualan, Bea meterai, dikenakan pada saat
terjadinya perbuatan/transaksi kena pajak, dapat dipindahkan kepada
pihak lain.
Berikut ini adalah beberapa jenis pajak yang secara umum selalu dihadapi oleh perusahaan :
Pajak penghasilan Perseroan : Pajak yang dipungut atas penghasilan (laba bersih)
Walaupun penentuan besarnya Pph, berdasarkan
penghasilan bersih menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Akhir, Wajib
pajak diminta untuk melakukan angsuaran bulanan. Maka mencatat angsuran pajak perseroan dicatat sebagai beban/Pajak dibayar dimuka.
Beban/Pajak Dibayar dimuka x,xxx,xxx
Kas x,xxx,xxx
Pada akhir tahun Beban/Pajak dibayar dimuka dilakukan penyesuaaian dengan kewajiban pajak sesungguhnya.
Pajak penghasilan karyawan (Pph 21)
yaitu pajak menjadi beban karyawan atas penghasilan yang diperoleh.
Dengan demikian pajak ini tidak merupakan beban perusahaan. Dalam hal
ini perusahaan hanya berkewajiban menghitung dan memotong gaji/upah.
Oleh karena itu setiap terjadi pemotongan yang telah dilaksanakan timbul utang kepada pemerintah sampai dlakukan penyetoran ke kas negara.
Jurnal pencatatan PPh 21
a. Pada saat pemotongan (dilakukan pada saat pembayaran gaji)
Biaya Gaji |
x,xxx,xxx
|
|
……Pajak penghasilan (PPh 21)……Kas ( Gaji yang dibayarkan) | x,xxx,xxxx,xxx,xxx |
b. Saat menyetor ke kas negara
Pajak penghasilan (pph 21) |
x,xxx,xxx
|
|
…… Kas | x,xxx,xxx |
Penyetoran pajak pengahasilan (Pph) pasal 21 adalah penyetoran kewajiban karyawan yang dipotong dari penghasilannya sesuai undang-undang yang tidak terkait dengan asset/beban/biaya perusahaan sehingga mencatat penyetoran pajak penghasilah sebagai biaya dibayar dimuka adalah kekeliruan.
Ppn, Biaya meterai adalah pajak yang dikenakan pada saat terjadinya transaksi kena pajak (penjualan), biasanya dibebankan kepada pembeli. PPn merupakan bagian dari beban/biaya bukan Asset dan dapat dipindahkan kepada pihak lain bila barang tersebut dijual. PPn, Biaya meterai juga tidak dicatat sebagai biya dibayar dimuka
Pada saat membeli barang yang
dikenakan PPn timbul kewajiban atas PPn (ppn Masukan) yang merupakan
bagian dari rekening Pasiva (Hutang). Dalam pembayaran pembelian
tersebut sebagian kas yang dibayarkan adalah untuk membayar Utang PPn
tersebut. (tidak ada hubungannya dengan biaya dibayar dimuka). Pada saat
menjual, perusahaan berkewajiban memungut pajak atas penjualan barang
kena pajak,(PPn Keluaran) sehingga timbul utang kepada
negara dan hutang tersebut dapat dikompensasikan langsung dengan beban
pajak yang terjadi pada saat membeli barang tersebut (Ppn Masukan). Bila
PPn Keluaran lebih besar dari PPn Masukan maka pada neraca akan
terlihat sebagai hutang sedangkan bila PPn Masukan lebih besar dari pada
PPn keluaran tidak akan ditampilkan pada neraca karena dicatat sebagai
beban perusahaan. Pencatatan Ppn sebagai biaya dibayar dimuka adalah kekeliruan.
Bertuk Jurnal PPn.
Saat Pembelian
Pembelian/Persediaan barang dagang | x,xxx,xxx | |
Ppn
|
x,xxx,xxx | |
……Kas/utang | x,xxx,xxx |
Saat Penjualan
Kas/Piutang | x,xxx,xxx | |
Penjualan | x,xxx,xxx | |
Ppn | x,xxx,xxx |
Jika Saat pembelian dicatat sebagai persediaan maka
Persediaan x,xxx,xxx
Harga Pokok x,xxx,xxx
Bila
pada periode tertentu menaca menunjukan adanya hutanng PPn, maka utang
tersebut berarti ppn keluaran lebih besar dari pada ppn masukan dan
kelebihan tersebut harus disetor ke kas negara.
Jurnal Pada Saat Penyetoran ke kas negara
PPn x,xxx,xxx
Kas x,xxx,xxx
Ppn tidak pernah menjadi asset perusahaan, pada pt. sinarindo dicatat demikian
Penggunaan
dana perusahaan yang disebutkan sebagai piutang pemegang saham, oleh
petugas pajak dapat dianggap sebagai penghasilan bagi pemegang saham,
dan dikenakan Pph.
Perhitungan PPN.
Ada dua cara untuk menghitung ppn yaitu :
Exclude PPn (Excl) : Yaitu PPn dihitung n % dari nilai jual barang /Jassa kena pajak setelah dikurangi discount.
Include PPn (InCl) : Yaitu Nilai Jual sudah termasuk PPn n %
Non PPn adalah bentuk transaksi hanya berlaku untuk penyerahan barang dan jasa tidak kena pajak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar