IMF akan menyalurkan dana itu dalam bentuk utang ke negara-negara
miskin. ISTANBUL -- Inggris dan Prancis merogoh kocek pribadinya sebesar empat
miliar dolar AS untuk diberikan ke Dana Moneter Internasional (IMF). IMF akan menyalurkan
dana itu dalam bentuk utang ke negara-negara miskin.
''Pemberian
dana program tambahan ini sangat bersejarah,'' kata Direktur Pengelola
IMF,
Dominic Strauss-Kahn, di Turki, Ahad (4/10) waktu setempat, seperti dimuat <I>BBC<I>.
Ia mengimbau negara maju lainnya berbuat serupa. Dana dari Inggris dan Prancis
akan masuk ke dalam fasilitas utang IMF ke negara miskin yang tidak mampu membiayai
kegiatan impor mereka.
Bersamaan
dengan itu, IMF juga menyalurkan dana 250 miliar dolar AS yang sudah
dialokasikan sejak pekan lalu.
Prancis
mengklaim, fasilitas utang baru ini tidak akan membebani masyarakat negara yang
bersangkutan. Kahn menambahkan, tambahan dana dari Inggris dan Prancis datang
tepat waktu. Ia akui saat ini IMF kesulitan likuiditas gara-gara kerap
mengucurkan
utang dengan bunga rendah (bisa mencapai nol persen).
Agenda
reformasi Namun, di balik pemberian dana itu, Inggris bergeming terhadap agenda
reformasi kuota suara IMF. Inggris belum mau mengubah komposisi kekuatan negara
maju terhadap negara berkembang di lembaga bentukkan Bretton Woods
itu.Perwakilan Inggris di IMF, Alistair Darling, menegaskan negaranya ingin
menjaga kuota hak suara negara maju-negara berkembang. Salah satu poin yang
ditekankan Inggris adalah mereka tidak mau melepas jatah direktur IMF.
Sementara negara berkembang ingin ada reformasi total di IMF.
Termasuk reformasi jatah negara di kursi direksi. Cina dan India dianggap
mumpuni mengambil posisi itu. Inggris bergeming. Darling berdalih, hak suara di
IMF harus seimbang dengan besaran ekonomi negara bersangkutan. Selain posisi
Inggris juga cukup stabil sebagai donor IMF selama ini.
Situasi
di IMF saat ini, negara-negara berkembang yang jadi mayoritas anggota hanya memiliki
sepertiga hak suara dari total IMF. Negara berkembang beralasan, perubahan hak
suara IMF perlu agar negara penggerak ekonomi internasional seperti Cina merasa
lebih berperan. Sehingga Cina bisa makin menggerakkan ekonominya dan ekspansi
ke luar negeri.
Pertemuan
G-20 di Pittsburgh AS September lalu sudah menyetujui kalau kuota suara negara
maju harus berkurang lima persen dua tahun ke depan. Tapi mekanisme pengurangan
ini belum ada rincian. Amerika malah mengusulkan mengurangi jatah kursi
eksekutif IMF dari 24 kursi menjadi 12 kursi. Pemotongan ini juga terkait
dengan komposisi yang lebih seimbang antara kekuatan ekonomi dunia.
Sebaliknya
dari negara-negara yang kini perekonomiannya kian maju, menuntut hak
suara
tidak kurang dari tujuh persen. Hak itu misalnya diberikan kepada kekuatan baru
seperti Cina. IMF sendiri membutuhkan sumber dana baru untuk mengawal pemulihan
ekonomi global dan mencegah krisis terjadi pada masa datang. Namun ini pun tergantung
pada ekonomi pasar yang kian meningkat. Jika hak suara satu anggota IMF meningkat
misalnya, maka negara yang brsangkutan diminta untuk meningkatkan pula sumbangan
dananya pada IMF.
Terkait
perbandingan hak suara ini, anggota IMF sepakat untuk melakukan perundingan
sebelum Januari 2011.
''Tugas
menyesuaikan kembali quota hak suara dengan realitas global saat ini masih
menjadi
ganjalan politis,'' demikian menurut IMF dalam laporannya. ''Kami hanya berharap,
negara maju yang memiliki porsi suara terlalu banyak akan menyadari bahwa mereka
akan mencederai IMF jika berupaya menghalangi atau menunda quota dan reformasi
hak suara,'' kata Menteri Keuangan Brasilia, Guido Mantega.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar